"putri, bangunlah" suara yang selalu membangunkanku setiap paginya, suara yang mapmu membuatku bertekuk lutut mencintainya, dialah kesatria tak terkalahkan, pemimpin ummat manusia, tubuh gagahnya mampu membuat musuhnya ketakutan, juga mampu membuatku sangat bergairah,
"aku takkan terjaga tanpa suara mu odisseus" aku slalu memanggilnya odisseus, karena dia seperti titisan dewa matahari, memberikan kehangatan bagi kaumnya, saat dia pergi jauh menyebarkan cahayanya, semua menjadi lebih indah, aku selalu memperhatikannya dari jauh, tatapan matanya yang tajam seolah dapat menakuti singa liar, di dekatnya membuatku sangat nyaman, tapi terkadang aku merasa takut, takut kehilanganmu, takut akan bekas luka di tubuhmu, tapi kau matahari, didekatmu akan terasa panas, dan aku tak bisa berlama-lama di dekatmu, kau harus lakukan tugasmu sebagai matahari bagi kaummu.
"putri, aku akan pergi, pasukan ku telah siap du luar sana," aku tau dia akan pergi ke medan perang, dan setiap kali dia akan pergi dengan busur kesangannya, 20 anak panah yang di buatnya sendiri, serta pedang dan tameng warisan dari ayahnya, aku selalu merasakan hal yg sama, takut, ya aku takut Odisseus.
"siapa lawanmu kali ini ?"
"pasukan centaurs"
"tapi, bukankah kalian telah mengalahkan mereka minggu lalu ?"
"kini mereka bergabung dengan minotaur, ini akan jadi pertarungan besar dalam sejarah manusia"
"minotaur ? mereka tak punya hak ikut campur dalam peperangan ini, mereka terlalu kuat"
"mungkin untuk inilah aku hidup putri, aku akan menyelesaikan perang ini dengan tanganku sendiri"
"tolong odisseus, jangan lakukan, aku tak ingin kehilanganmu,"
"aku akan kembali putri, aku janji, aku akan tetap hidup untukmu, aku janji, akan kubuat hades menunggu lebih lama"
dia pergi, hanya meninggalkan senyum dan segelas anggur yang diperas dengan tangan kasarnya sendiri, saat dia pergi dengan semua pasukannya, aku hanya bisa menatapnya dari atas menara dan berharap dia kembali dengan selamat.
aku terus menunggunya dari atas menara, memikirkan semua tentangnya, menikkan air mata ketakutan, hingga malam tiba, dia belum datang, biasanya saat sore hari dia sudah kembali dengan kemenangan di pihaknya, aku takut, apa yg terjadi padamu odisseus..
seerempat malam dia akhirnya datang, mereka menang, aku pun berlari menghamirinya, memeluknya dengan erat, merasakan kehangatan yang selama ini ku nantikan, aku tak lagi menitikkan air mata ketakutan, aku menangis, membasahi tubuhnya yang penuh luka dan darah,
"aku mencintaimu odisseus"
"aku kembali putri"