diatas lembaran page putih ini aku ingin bercerita tentang seekor kupu-kupu dengan sayap yang rapuh dan warna yang memudar, bukan karea ia sudah bau tanah, tapi karena kerasnya hidup yang ia jalani, beratnya beban di fikirannya, tapi senyum itu, senyum yg selalu membuatku luluh tak berdaya, selalu menemani setiap harinya yg tak diketahui banyak orang. celakanya, dia menyukai merpati dengan bulu halus dan bersih, kepandaiannya terbang dan kepakan sayap yg merdu mengisi setiap waktu luangnya. merpati tercantik di ekosistem itu. kupu-kupu itu hanya mampu melihat sang merpati di balik semak, memandanginya dengan satu mata di tutup agar terlihat lebih jelas dari kejauhan, berharap tetap bisa menikmati keindahannya tanpa ada yg mengganggu, lalu, dia muai bosan, bosan hanya meneliti dari jauh dan terbang mengikui bayangan merpati, dia mulai menunjukkan dirinya, dengan caranya sendiri, tentunya. beberapa kali dia meletakkan biji-bijian yang di bawanya dengan susah payah, bukan karena beratnya, tpi karena ketakutan dan sifat malu-nya. di sarang merpati setiap kupu-kupu merasa dirinya sehebat tyranosaurus. melihat biji-biji-an di sarangnya dan tentu saja sang merpati memiliki pikiran sehat sehingga tidak percaya kalau biji-bijian itu bisa berjalan sendiri ke sarangnya lalu berkata "hai cantik, makanlah kami, untuk itulah kami di sini". sang merpati menyelidiki dan entah bagaimana caranya bisa mengetahui kupu-kupu abnormal yang selalu mengambil nektar pada satu bunga yang sama setiap minggunya di bawah pohon tempat sarang merpati berada-lah yang meletakkan biji-bijian itu. ternyata sang merpati juga sering memperhatikan kupu-kupu. sang merpati lalu memberikan semacam hadiah yang katanya istimewa tapi kupu-kupu tak mau memberitahukannya padaku. bukan hanya karena dia malu, tapi karena dia mengancamku untuk tidak membeberkannya kepada siapapun.